6 Kerusakan Hari Valentine
Banyak kalangan pasti sudah mengenal hari valentine (bahasa Inggris: Valentine’s Day). Hari tersebut dirayakan sebagai suatu perwujudan cinta kasih seseorang. Perwujudan yang bukan hanya untuk sepasang muda-mudi yang sedang jatuh cinta. Namun, hari tersebut memiliki makna yang lebih luas lagi. Di antaranya kasih sayang antara sesama, pasangan suami-istri, orang tua-anak, kakak-adik dan lainnya. Sehingga valentine’s day biasa disebut pula dengan hari kasih sayang.
Cikal Bakal Hari Valentine
Sebenarnya ada banyak versi yang
tersebar berkenaan dengan asal-usul Valentine’s Day. Namun, pada umumnya
kebanyakan orang mengetahui tentang peristiwa sejarah yang dimulai ketika
dahulu kala bangsa Romawi memperingati suatu hari besar setiap tanggal 15
Februari yang dinamakan Lupercalia. Perayaan Lupercalia adalah rangkaian
upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama,
dipersembahkan untuk dewi cinta (queen
of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini, para
pemuda mengundi nama–nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil
nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama
setahun untuk senang-senang dan dijadikan obyek hiburan. Pada 15 Februari,
mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Selama
upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut
untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih
subur.
Ketika agama Kristen Katolik menjadi
agama negara di Roma, penguasa Romawi dan para tokoh agama katolik Roma
mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain
mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara
pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I (The Encyclopedia
Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran
Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi
Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St.
Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Book Encyclopedia
1998).
Kaitan Hari Kasih Sayang dengan Valentine
The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub
judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari,
seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi. Namun
demikian tidak pernah ada penjelasan siapa “St. Valentine” yang dimaksud, juga
dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber
mengisahkan cerita yang berbeda.
Menurut versi pertama, Kaisar Claudius
II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan
Tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi.
Orang-orang yang mendambakan doa St.Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya
di terali penjaranya.
Versi kedua menceritakan bahwa Kaisar
Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan
peperangan daripada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk
menikah, namun St.Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda
sehingga iapun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (The World
Book Encyclopedia, 1998).
Versi lainnya menceritakan bahwa sore
hari sebelum Santo Valentinus akan gugur sebagai martir (mati sebagai pahlawan
karena memperjuangkan kepercayaan), ia menulis sebuah pernyataan cinta kecil
yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis “Dari Valentinusmu”.
(Sumber pembahasan di atas: http://id.wikipedia.org/ dan lain-lain)
Dari penjelasan di atas dapat kita tarik
kesimpulan:
1.
Valentine’s Day berasal dari upacara keagamaan
Romawi Kuno yang penuh dengan paganisme dan kesyirikan.
2.
Upacara Romawi Kuno di atas akhirnya
dirubah menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day atas
inisiatif Paus Gelasius I. Jadi acara valentine menjadi ritual agama Nashrani
yang dirubah peringatannya menjadi tanggal 14 Februari, bertepatan dengan
matinya St. Valentine.
3.
Hari valentine juga adalah hari
penghormatan kepada tokoh nashrani yang dianggap sebagai pejuang dan pembela
cinta.
4.
Pada perkembangannya di zaman modern
saat ini, perayaan valentine disamarkan dengan dihiasi nama “hari kasih
sayang”.
Sungguh ironis memang kondisi umat Islam
saat ini. Sebagian orang mungkin sudah mengetahui kenyataan sejarah di atas.
Seolah-olah mereka menutup mata dan menyatakan boleh-boleh saja merayakan hari
valentine yang cikal bakal sebenarnya adalah ritual paganisme. Sudah sepatutnya
kaum muslimin berpikir, tidak sepantasnya mereka merayakan hari tersebut
setelah jelas-jelas nyata bahwa ritual valentine adalah ritual non muslim
bahkan bermula dari ritual paganisme.
Selanjutnya kita akan melihat berbagai
kerusakan yang ada di hari Valentine.
Kerusakan
Pertama: Merayakan Valentine Berarti Meniru-niru Orang Kafir
Agama Islam telah melarang kita meniru-niru
orang kafir (baca: tasyabbuh). Larangan ini terdapat dalam berbagai ayat, juga
dapat ditemukan dalam beberapa sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan hal ini juga merupakan kesepakatan para ulama (baca: ijma’). Inilah yang
disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab beliau Iqtidho’ Ash Shiroth Al Mustaqim (Ta’liq: Dr. Nashir bin ‘Abdil Karim Al ‘Aql,
terbitan Wizarotusy Syu’un Al Islamiyah).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar kita menyelisihi orang Yahudi
dan Nashrani. Beliaushallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى لاَ يَصْبُغُونَ ، فَخَالِفُوهُمْ
“Sesungguhnya orang Yahudi dan Nashrani
tidak mau merubah uban, maka selisihlah mereka.” (HR. Bukhari no. 3462 dan Muslim no. 2103)
Hadits ini menunjukkan kepada kita agar menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani
secara umum dan di antara bentuk menyelisihi mereka adalah dalam masalah uban.
(Iqtidho’,
1/185)
Dalam hadits lain, Rasulullah menjelaskan
secara umum supaya kita tidak meniru-niru orang kafir. Beliaushallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum,
maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR.
Ahmad dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho’ [hal.
1/269] mengatakan bahwa sanad hadits ini jayid/bagus. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shohih sebagaiman dalam Irwa’ul Gholil no.
1269). Telah jelas di muka bahwa hari Valentine adalah perayaan paganisme, lalu
diadopsi menjadi ritual agama Nashrani. Merayakannya berarti telah meniru-niru
mereka.
Kerusakan
Kedua: Menghadiri Perayaan Orang Kafir Bukan Ciri Orang Beriman
Allah Ta’ala sendiri telah mencirikan
sifat orang-orang beriman. Mereka adalah orang-orang yang tidak menghadiri
ritual atau perayaan orang-orang musyrik dan ini berarti tidak boleh umat Islam
merayakan perayaan agama lain semacam valentine. Semoga ayat berikut bisa
menjadi renungan bagi kita semua.
Allah Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا
كِرَامًا
“Dan orang-orang yang tidak menyaksikan
perbuatan zur, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan
perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga
kehormatan dirinya.” (QS. Al Furqon [25]: 72)
Ibnul Jauziy dalam Zaadul Masir mengatakan
bahwa ada 8 pendapat mengenai makna kalimat “tidak menyaksikan perbuatan zur”,
pendapat yang ada ini tidaklah saling bertentangan karena pendapat-pendapat
tersebut hanya menyampaikan macam-macam perbuatan zur. Di antara pendapat yang
ada mengatakan bahwa “tidak menyaksikan perbuatan zur” adalah tidak menghadiri
perayaan orang musyrik. Inilah yang dikatakan oleh Ar Robi’ bin Anas.
Jadi, ayat di atas adalah pujian untuk
orang yang tidak menghadiri perayaan orang musyrik. Jika tidak menghadiri
perayaan tersebut adalah suatu hal yang terpuji, maka ini berarti melakukan
perayaan tersebut adalah perbuatan yang sangat tercela dan termasuk ‘aib (Lihat Iqtidho’,
1/483). Jadi, merayakan Valentine’s Day bukanlah ciri orang beriman karena
jelas-jelas hari tersebut bukanlah hari raya umat Islam.
Kerusakan
Ketiga: Mengagungkan Sang Pejuang Cinta Akan Berkumpul Bersamanya di Hari
Kiamat Nanti
Jika orang mencintai Allah dan
Rasul-Nya, maka dia akan mendapatkan keutamaan berikut ini.
Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan
bahwa seseorang bertanya pada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam,
مَتَّى السَّاعَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ
“Kapan terjadi hari kiamat, wahai
Rasulullah?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
مَا أَعْدَدْتَ لَهَا
“Apa yang telah engkau persiapkan untuk
menghadapinya?”
Orang tersebut menjawab,
مَا أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَثِيرِ صَلاَةٍ وَلاَ صَوْمٍ وَلاَ صَدَقَةٍ ،
وَلَكِنِّى أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
“Aku tidaklah mempersiapkan untuk
menghadapi hari tersebut dengan banyak shalat, banyak puasa dan banyak sedekah.
Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta Allah dan Rasul-Nya.”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
“(Kalau begitu) engkau akan bersama dengan
orang yang engkau cintai.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Dalam riwayat lain di Shohih Bukhari,
Anas mengatakan,
فَمَا فَرِحْنَا بِشَىْءٍ فَرَحَنَا بِقَوْلِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم
– « أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ » . قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ –
صلى الله عليه وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ
بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ
“Kami tidaklah pernah merasa gembira
sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam: Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan bersama dengan orang yang engkau
cintai).”
Anas pun mengatakan,
فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ،
وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ
بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ
“Kalau begitu aku mencintai Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan ‘Umar. Aku berharap bisa bersama
dengan mereka karena kecintaanku pada mereka, walaupun aku tidak bisa beramal
seperti amalan mereka.”
Bandingkan, bagaimana jika yang dicintai
dan diagungkan adalah seorang tokoh Nashrani yang dianggap sebagai pembela dan
pejuang cinta di saat raja melarang menikahkan para pemuda. Valentine-lah
sebagai pahlawan dan pejuang ketika itu. Lihatlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas: “Kalau
begitu engkau bersama dengan orang yang engkau cintai”. Jika Anda seorang
muslim, manakah yang Anda pilih, dikumpulkan bersama orang-orang sholeh ataukah
bersama tokoh Nashrani yang jelas-jelas kafir?
Siapa yang mau dikumpulkan di hari
kiamat bersama dengan orang-orang kafir[?] Semoga menjadi bahan renungan bagi Anda,
wahai para pengagum Valentine!
Kerusakan
Keempat: Ucapan Selamat Berakibat Terjerumus Dalam Kesyirikan dan Maksiat
“Valentine” sebenarnya berasal dari
bahasa Latin yang berarti: “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha
Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi.
(Dari berbagai sumber)
Oleh karena itu disadari atau tidak,
jika kita meminta orang menjadi “To be my valentine (Jadilah valentineku)”,
berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas
perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan makhluk dengan Sang
Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala.
Kami pun telah kemukakan di awal bahwa
hari valentine jelas-jelas adalah perayaan nashrani, bahkan semula adalah
ritual paganisme. Oleh karena itu, mengucapkan selamat hari kasih sayang atau
ucapan selamat dalam hari raya orang kafir lainnya adalah sesuatu yang
diharamkan berdasarkan kesepakatan para ulama (baca: ijma’ kaum muslimin),
sebagaimana hal ini dikemukakan oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam
kitabnyaAhkamu Ahlidz Dzimmah (1/441, Asy
Syamilah). Beliau rahimahullah mengatakan,
“Adapun memberi ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi
orang-orang kafir (seperti mengucapkan selamat natal atau selamat hari
valentine, pen) adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma’ (kesepakatan)
kaum muslimin. Contohnya adalah memberi ucapan selamat pada hari raya dan puasa
mereka seperti mengatakan, ‘Semoga hari ini adalah hari yang berkah bagimu’,
atau dengan ucapan selamat pada hari besar mereka dan semacamnya. Kalau memang
orang yang mengucapkan hal ini bisa selamat dari kekafiran, namun dia tidak
akan lolos dari perkara yang diharamkan. Ucapan selamat hari raya seperti ini
pada mereka sama saja dengan kita mengucapkan selamat atas sujud yang mereka
lakukan pada salib, bahkan perbuatan seperti ini lebih besar dosanya di sisi
Allah. Ucapan selamat semacam ini lebih dibenci oleh Allah dibanding seseorang
memberi ucapan selamat pada orang yang minum minuman keras, membunuh jiwa,
berzina, atau ucapan selamat pada maksiat lainnya.”
Kerusakan
Kelima: Hari Kasih Sayang Menjadi Hari Semangat Berzina
Perayaan Valentine’s Day di masa
sekarang ini mengalami pergeseran. Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat
dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan
bagian dari simbol perayaan hari agama, maka di masa sekarang ini identik
dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti
pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara legal.
Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.
Dalam semangat hari Valentine itu,
ada semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiat dan larangan-larangan agama
seperti berpacaran, bergandeng tangan, berpelukan, berciuman, bahkan hubungan
seksual di luar nikah di kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya,
semua itu adalah ungkapan rasa kasih sayang. Na’udzu billah min dzalik.
Padahal mendekati zina saja haram,
apalagi melakukannya. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kamu mendekati zina;
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang
buruk.” (QS. Al Isro’ [17]: 32)
Dalam Tafsir Jalalain dikatakan bahwa
larangan dalam ayat ini lebih keras daripada perkataan ‘Janganlah
melakukannya’. Artinya bahwa jika kita mendekati zina saja tidak boleh, apalagi
sampai melakukan zina, jelas-jelas lebih terlarang.
Kerusakan
Keenam: Meniru Perbuatan Setan
Menjelang hari Valentine-lah berbagai
ragam coklat, bunga, hadiah, kado dan souvenir laku keras. Berapa banyak duit
yang dihambur-hamburkan ketika itu. Padahal sebenarnya harta tersebut masih
bisa dibelanjakan untuk keperluan lain yang lebih bermanfaat atau malah bisa
disedekahkan pada orang yang membutuhkan agar berbuah pahala. Namun, hawa nafsu
berkehendak lain. Perbuatan setan lebih senang untuk diikuti daripada hal
lainnya. Itulah pemborosan yang dilakukan ketika itu mungkin bisa
bermilyar-milyar rupiah dihabiskan ketika itu oleh seluruh penduduk Indonesia,
hanya demi merayakan hari Valentine. Tidakkah mereka memperhatikan firman
Allah,
وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ
الشَّيَاطِينِ
“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah
saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’
[17]: 26-27). Maksudnya adalah mereka menyerupai setan dalam hal ini. Ibnu
Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Tabdzir
(pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu pada jalan yang keliru.” (Lihat Tafsir
Al Qur’an Al ‘Azhim)
Penutup
Itulah sebagian kerusakan yang ada di
hari valentine, mulai dari paganisme, kesyirikan, ritual Nashrani, perzinaan
dan pemborosan. Sebenarnya, cinta dan kasih sayang yang diagung-agungkan di
hari tersebut adalah sesuatu yang semu yang akan merusak akhlak dan norma-norma
agama. Perlu diketahui pula bahwa Valentine’s Day bukan hanya diingkari oleh
pemuka Islam melainkan juga oleh agama lainnya. Sebagaimana berita yang kami
peroleh dari internet bahwa hari Valentine juga diingkari di India yang
mayoritas penduduknya beragama Hindu. Alasannya, karena hari valentine dapat
merusak tatanan nilai dan norma kehidupan bermasyarakat. Kami katakan: “Hanya
orang yang tertutup hatinya dan mempertuhankan hawa nafsu saja yang enggan
menerima kebenaran.”
Oleh karena itu, kami ingatkan agar kaum
muslimin tidak ikut-ikutan merayakan hari Valentine, tidak boleh mengucapkan
selamat hari Valentine, juga tidak boleh membantu menyemarakkan acara ini
dengan jual beli, mengirim kartu, mencetak, dan mensponsori acara tersebut
karena ini termasuk tolong menolong dalam dosa dan kemaksiatan. Ingatlah,
Setiap orang haruslah takut pada kemurkaan Allah Ta’ala. Semoga tulisan ini
dapat tersebar pada kaum muslimin yang lainnya yang belum mengetahui. Semoga
Allah memberi taufik dan hidayah kepada kita semua.
0 Response to "6 Kerusakan Hari Valentine"
Posting Komentar